Senin, 08 April 2013

belajar menulis awal


MENULIS
Disusun guna memenuhi tugas individu
Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Kelas Rendah
Dosen pengampu :
Tabah Subekti.S.Pd


Disusun oleh : Dodo Prastyoko

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2013


DAFTAR ISI
1.      Halaman Sampul.......................................................................................................................... i
2.      Daftar Isi...................................................................................................................................... ii
3.      BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
3.a.   Latar Belakang..................................................................................................................... 1
3.b.   Tujuan................................................................................................................................... 2
3.c.   Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
4.      BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
4.a.   Pengertian Menulis Menurut Para Ahli................................................................................             3
4.b.   Perkembangan Menulis Anak............................................................................................... 4
4.c.   Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas Rendah.......................................... 5
4.d.  Tahap-tahap Proses Belajar Mengajar...................................................................................             7
4.e.   Alat Pembelajaran................................................................................................................. 9
4.f.    Media Pembelajaran............................................................................................................. 9
4.g.   Kesulitan Belajar Menulis..................................................................................................... 10
5.      BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
            Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10)..Untuk itu mereka harus disiapkan sejak dini agar mempunyai kemampuan, karakter dan kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar, 1998).
            Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan bekal utama bagi peserta didik untuk dapat memahami mata pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah (Stephens, 2004). Kemampuan ini dapat mulai pada kelas rendah. Namun, cara belajar membaca dan menulis tradisional yaitu dengan menggunakan pensil dan kertas dinilai relatif kurang diminati oleh peserta didik. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar peserta didik yang kurang efektif, bahkan peserta didik sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Peserta didik cenderung lebih suka bermain dengan warna, gambar, suara, lagu dan mendengarkan cerita daripada belajar dengan cara tradisional (Izhar, 1998).






B.     Tujuan

Memberikan bekal utama yang sangat penting dalam pendidikan kepada peserta didik yaitu sebelum peserta didik mengikuti atau beranjak ke pelajaran lain peserta didik di beri bekal utama yaitu menulis.

C.     Rumusan Masalah

A.    Apakah yang dimaksud menulis menurut para ahli ?
B.     Bagaimana untuk mengetahui perkembangan anak dalam menulis ?
C.     Bagaimana cara pengajaran menulis di kelas rendah ?
D.    Bagaimana tahap-tahap cara belajar ?
E.     Contoh alat bantu pembelajaran ?
F.      Media yang sering digunakan dalam pembelajaran menulis ?
G.    Apakah kesulitan dalam proses belajar menulis ?

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pngertian Menulis Menurut Para ahli
            Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to interpret or make sense of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.

B.     Perkembangan Menulis Anak

Tahap Perkembangan Menulis Anak [1][2]
1.      Coretan-Coretan Acak
Pada tahap awal, seorang anak memulai belajar menulis dengan membuat coretan, Coretan awal, coretan acak. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
2.      Coretan Terarah
Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
3.      Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang (Menulis Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah. Dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
4.      Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama
Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya misalnya rumah, saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar , atau ditulis di atas dan dibawah.  Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil.
5.      Menulis Nama
Nama panggilan dan tulisan yang muncul berulang-ulang dalam berbagai  warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
6.      Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan
Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.
7.      Menemukan Ejaan
Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata.
8.      Ejaan Umum
Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
Itulah tahap-tahap perkembangan menulis pada anak menurut titik firman dalam websitenya. Namun Selain mengetahui kesiapan anak untuk belajar menulis, perlu memerhatikan juga tahapan perkembangan kemampuan menulis pada anak. Dengan begitu, orangtua dan guru dapat memberikan stimulus yang tepat, sesuai dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih menulis.

C.      Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas Rendah
            Kegiatan menulis peserta didik sekolah dasar masih rendah dibandingkan kegiatan berbahasa lainnya yaitu berbicara, membaca, dan menyimak. Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa. kemahiran menulis peserta didik sangat ditentukan oleh kemampuannya saat belajar dan menulis permulaan. Pelajaran membaca dan menulis permulaan mengajarkan:
1)        pengenalan huruf dan rangkaiannya, seperti: suku kata, kata, dan kalimat;
2)        cara menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat pendek dengan benar.
Jadi pelajaran membaca dan menulis permulaan bertujuan untuk memberikan kemampuan mengenal huruf dan mengubahnya menjadi rangkaian bunyi yang bermakna serta melancarkan teknik membaca pada anak-anak (Purwanto dan Alim 1997).
Pelajaran membaca dan menulis permulaan biasanya dimulai dengan tulisan. Ada beberapa alasan mengapa pelajaran membaca permulaan menggunakan tulisan (Burns, Roe, dan Ross, 1984). Alasan pertama adalah pengenalan tulisan sejak awal dapat membuat anak memiliki pengalaman membaca yang baik dan memberikan pengaruh sikap yang baik dalam membaca.Kedua, anak dapat mulai menyadari bahwa tulisan merupakan rekaman bunyi yang teratur. Alasan ketiga, bagi pembaca pemula, kata-kata lebih mempunyai arti daripada dihafalkan. Selain dari ketiga alasan di atas ada beberapa alasan lain yaitu dengan menggunakan tulisan anak akan mempunyai tambahan pengetahuan bahwa membaca tulisan dan menulis dalam bahasa Indonesia itu harus dilakukan dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, mengenal kata-kata yang sering digunakan dan pengalaman-pengalaman baru lainnya yang tanpa disadari oleh si anak dan tanpa dipaksakan sudah terekam di otaknya (Burns,dkk., 1984).
Pengenalan bentuk dan nama huruf yang diajarkan kepada peserta didik digunakan sebagai acuan kesamaan antara guru dengan peserta didik. Huruf yang diajarkan harus dimulai dengan huruf dari kata-kata yang sederhana dan sering digunakan oleh peserta didik atau sudah dikenal peserta didik, Huruf yang hampir sama atau bentuknya berbalikan, seperti huruf b dan d tidak boleh diajarkan pada waktu yang sama karena dapat membingungkan peserta didik.Yang penting di sini adalah peserta didik tidak boleh dipaksa untuk menghafalkan bentuk huruf-huruf alphabet karena akan sangat membosankan dan menyiksa bagi pembaca pemula sehingga tujuan yang ingin dicapai sulit terpenuhi (Burns, dkk., 1998).
Selain pengenalan huruf, kemampuan untuk membedakan tulisan secara visual juga perlu dikembangkan sebelum peserta didik mulai mempelajari tulisan. Kemampuan ini dapat diasah dengan menunjukkan dua tulisan kata-kata yang hampir sama dengan disertai gambar, Melalui dua kata ini diharapkan peserta didik memperhatikan detail setiap huruf yang menyusun kata (Burn, dkk., 1998).
Mengajar membaca dan menulis permulaan, seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perpindahan materi dapat dilakukan jika peserta didik dirasa sudah mampu untuk mengikuti materi selanjutnya.
2) Jika ada materi yang belum dapat dikuasai oleh peserta didik maka harus diulang dengan cara yang lebih sederhana dan menyenangkan untuk menghilangkan kebosanan dan  frustasi. Berdasarkan hal tersebut mengajarkan membaca dan menulis permulaan, seorang pengajar tidak boleh dibatasi oleh target waktu pertemuan yang dapat menyebabkan pengajar kurang memperhatikan kemampuan peserta didik karena terlalu fokus ke target waktu yang sudah ditentukan tersebut.
Agar materi yang diberikan lebih mudah dan cepat dikuasai oleh peserta didik maka pengajar harus memiliki persiapan sebelum mengajar. Persiapan ini harus disesuaikan dengan perkembangan psikologi peserta didik, merencanakan pendekatan yang perlu dilakukan, melakukan evaluasi terhadap tingkat penguasaan peserta didik dan menpersiapkan pengayaan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
Dengan mengetahui perkembangan psikologi peserta didik,diharapkan guru dapat lebih bijaksana dalam menghadapi dan memberikan pendekatan pada anak selama belajar. Alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian materi agar peserta didik lebih mudah menerima materi yang diberikan.

D.    Tahap-tahap Proses Belajar Mengajar

Urutan pelajaran menulis awal pada kelas rendah dilakukan sebagai berikut.
1.      Pengenalan huruf dengan lagu ABC
Biasanya para pengajar mempermudah pelajaran membaca dan menulis, dengan lagu ABC yang lazim dikenal dalam pembelajaran membaca dan menulis.
Pengenalan huruf (alfabet) dengan lagu sangat banyak membantu apalagi bagi siswa yang sama sekali belum mengenal huruf. Dengan demikian pembelajar yang belum pernah diajari huruf oleh orang tuanya atau belum pernah diajari huruf ketika di taman kanak-kanak dapat dikenalkan dengan huruf melalui lagu ABC.

2.      Memegang pensil
Setelah mengenal huruf melalui lagu, selanjutnya siswa akan belajar cara memegang pensil. Hal ini harus diperhatikan karena tidak semua siswa, khususnya di kelas rendah, mengetahui atau terbiasa memegang pensil. Memegang pensil pun perlu terbiasa. Dengan demikian, siswa yang oleh orang tuanya tidak diajari memegang pensil dan menulis akan mempunyai kesempatan untuk belajar memegang pensil. Memegang pensil harus dengan erat tetapi lentur. Bila siswa tidak terbiasa, goresan pensilnya akan bergerigi dan tidak mantap. Seorang pengajar perlu memeriksa bila ada pembelajar yang memegang pensil secara keliru. Pengajar mesti memperbaiki bila ada pembelajar yang keliru memegang pensilnya.
Memegang pensil secara keliru, bila terbiasa dan terbawa hingga dewasa, akan menyebabkan tangan mudah pegal ketika menulis. Menulis awal merupakan keterampilan motorik yang mesti dilatih dan dibiasakan.
3.      Menggoreskan pensil (miring, tegak, datar, lingkar)
Menggoreskan pensil merupakan latihan awal yang mesti dikuasai siswa. Di kelas rendah, menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua siswa. siswa menggoreskan pensilnya secara miring (diagonal), tegak (vertikal), datar (horizontal), lingkaran (circle, oval). Karna penggoresan pensil ini akan mempengaruhi tulisan siswa.
4.      Urutan pengenalan huruf: c, d, g, j, y
Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar tidaklah sekaligus 26 huruf dalam satu pertemuan. Pelajaran pengenalan huruf boleh jadi hanya lima atau enam huruf satu pertemuan. Bahkan selanjutnya hanya diperkenalkan dua atau tiga huruf dalam satu pertemuan.
5.      Kreasi kata / kalimat awal
Sebagaimana diungkap di atas, pelajaran menulis awal akan berkaitan dengan membaca awal. Dengan demikian, sebelum siswa menulis, siswa terlebih dahulu diajari untuk mengenal huruf-huruf yang akan dibacanya. Dengan demikian, pertama-tama siswa tidak diajari membaca suku kata atau kata dahulu, melainkan membaca atau mengenal huruf.
Untuk dapat membaca huruf, siswa terlebih dahulu diperkenalkan pada huruf-huruf. Hal ini penting dilakukan karena tidak semua pembelajar di kelas rendah mengenal huruf. Tidak semua pembelajar pernah belajar di taman kanak-kanak (TK) atau playgroup. Tidak semua pembelajar pernah diajari orang tuanya mengenal huruf (membaca dan menulis) sebelum pembelajar itu masuk sekolah dasar.
Belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf
2). Merangkaikan huruf menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku kata menjadi kata
4). Menyusun kata menjadi kalimat


E. Alat Pembelajaran
Agar proses pembelajaran berhasil dengan baik , maka sebaiknya guru dalam membuat alat bantu pengajaran perlu mengakomodasi kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan beberapa hal :
1. Peserta didik kelas rendah tahun pertama lebih mudah belajar membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar, cerita, lagu, atau suara dibandingkan dengan menggunakan buku acuan yang dijual di toko-toko ataupun menggunakan buku tulis.
2. Pelajaran membaca dan menulis seharusnya diajarkan di TK, sehingga pada saat memasuki  SD kelas 1 mereka sudah siap mengikuti pelajaran  terutama pada pelajaran yang membutuhkan kemampuan membaca dan menulis yang baik.
3. Peserta didik kelas rendah tahun pertama membutuhkan pendamping dalam belajar membaca dan menulis.

F.      Media yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan

Untukmengajarakanmenulispermulaanadabeberapajenis media yang dapatdigunakanantaralain :
a.       Papantulis, digunakan guru untukmemberikancontoh, danolehsiswadigunakanuntukmenuliskanapa yang ditugaskanoleh guru. Misalnyamenulis kata, kalimat, namasendiri, dansebagainya.
b.      Papanselipdigunakanoleh guru untukmenyelipkangambarataukartu kata, kartukalimat yang harusdisalinolehsiswaataugambar yang harusdituliskanjudulnyaolehsiswa.
c.       Papantali, digunakanuntukmenggantungkankartukalimat, kartu-kartu kata, danhuruf yang harusdisalinolehsiswa, ataugambar yang perludituliskanjudulnya.
d.      Majalahanak-anakdapatdigunakanuntuktugasmenyalinkalimatsederhanayanga da didalamnyaataumenyalinjudul
e.       Papannama, kartunama, label, dansebaginyadigunakanuntuktugasmenyalin.




G. Kesulitan Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis perulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a.                  Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain : (1) Motorik, (2)Perilaku, (3) Persepsi, (4)Memori, (5)Kemampuan melaksanakan cross modal, (6) Penggunaan tangan yang dominan, (7)Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru.
Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata; dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol – simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b.                  Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub, tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakir tidak mengandung makna oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
c.                  Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang ata komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan,dengan menggunakan kata-kata sendiri.























BAB III
PENUTUP


Pembelajaran menulis awal di kelas rendah merupakan pembelajaran yang penting karena menentukan keberhasilan pendidikan pada mata pelajaran lain dan kelas-kelas selanjutnya. Kegagalan pembelajaran menulis awal yang terjadi di sekolah dasar dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak idealnya rasio pengajar-pembelajar. Seorang pengajar dituntut untuk mengajarkan menulis awal kepada lebih dari dua puluh pembelajar. Hal ini sangatlah berat. Sekalipun demikian, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajar dalam pembelajaran menulis awal adalah tanggung jawab pengajar sendiri. Tanpa mengabaikan faktor lain seperti kemalasan pembelajar atau tuntutan kurikulum yang tidak relevan dengan kepentingan pengajaran, peran pengajar dalam menentukan keberhasilan pembelajaran menulis awal sangatlah dominan.

Beratnya tanggung jawab pengajar dalam mengajarkan menulis awal sebaiknya diantisipasi oleh keluarga (orang tua) dengan memberikan bimbingan awal dalam menulis seperti memegang pensil dan menggoreskan pensil di buku tulis. Bimbingan awal dari orang tua ini akan meringankan tugas pengajar dalam mengajarkan menulis awal di sekolah. Orang tua dapat pula menitipkan pendidikan awal anaknya di taman kanak-kanak dan playgroup sebagai bekal belajar di sekolah dasar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar